Salah satu hobi gue adalah menonton film horror bertema zombie atau vampire (yg menakutkan yaa, bukan vampire cute yang mencari cinta sejatinya). Tapi kalo disuruh memilih antara zombie atau vampire, gue lebih milih film zombie. Kenapa? Karena menular (istilah sundanya jibeh, hiji kena kabeh [satu kena, semua kena]). Kalau diibaratkan itu kayak permainan waktu kecil, yg satu jadi kucingnya, kalau dia mengenai temannya, jadi ada dua orang kucing, kena lagi jadi tiga orang kucing, terus gitu sampe semua jadi kucing. Dan permainan itu yg dari dulu gue sukai. Karena last survivor itu keliatan banget jagonya deh. Dan gue jarang jadi last survivor, paling banter dua terakhir atau kucing kedua :|.
Nah, kembali lagi ke film zombie. Daya tariknya itu disitu, karena survivor lama-lama bisa jadi sedikit dan terpisah-pisah. Mungkin zombie emang jalannya lambat dan lelet. Gak bisa lari-lari kecil apalagi terbang (kayak vampire). Justru karena itu lebih rame. Walaupun lambat, tapi kalau banyak biasanya manusia yang terkepung itu suka pendek akal dan susah mikir. Satu lagi cuy, zombie bisa dikurangin dengan headshot. Not in the chest or stomach, but in the brain (mengutip kata-kata Daryl The Walking Dead).
Dan gue kepikiran, di dunia nyata ini ketika zombie apocalypse terjadi, what should I do? Mau lari? Lari kemana? Jujur aja gue mikirnya lebih ke supermarket atau pusat perbelanjaan gitu. Karena persediaan makanannya pasti lebih terjamin. Tapi resikonya lebih besar juga. Karena pusat perbelanjaan kan biasanya suka banyak orang gitu. Siapa yang menjamin bahwa gak ada zombie berkeliaran disana :D. Kali zombienya doyan belanja juga.
Salah satu film zombie juga mengisahkan tentang seorang selebriti yg berhasil jadi survivor. Dan ada juga warga biasa yang pemimpinnya (walikota/bupati/gubernur/kepala polisi) jadi zombie. Dan dia dengan senang hati menembak si zombie pemimpin itu BUKAN DI KEPALA. Kayak main2in gitu. Mungkin sakit hati kali yaa dulu waktu jadi pemimpin gak amanah :D.